Makalah Penilaian Hutan Medan,
Oktober 2019
PENILAIAN TANAMAN EBONI
(Diosypros celebica Bakh.)
Dosen
Penanggungjawab :
Dr. Agus
Purwoko, S.Hut., M.Si
Oleh
:
Berkat Eli William Zega
171201126
BDH 5
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan paper yang berjudul “Penilaian Tanaman Eboni (Diosypros celebica Bakh.)” ini dengan baik. Paper Penilaian Hutan ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Penilaian Hutan, Program Studi Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Dalam
penyelesaian laporan ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Agus Purwoko, S. Hut., M. Si., selaku dosen
pembimbing mata kuliah Penilaian Hutan, yang telah mengajarkan materi
perkuliahan dengan baik dan yang hasilnya kemudian dipaparkan dalam paper
ini.
Penulis sadar bahwa penulisan paper ini masih memiliki kesalahan-
kesalahan, baik itu dalam segi teknik maupun dalam bahasa. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
menyempurnakan paper mata kuliah Penilaian Hutan ini. Akhir kata, penulis
berharap semoga paper ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Medan, Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR
ISI
.....................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah..............................................................................2
1.3
Tujuan.................................................................................................2
BAB
II. ISI
2.2
Karakteristik Tanaman Eboni ............................................................3
2.3
Habitat dan Penyebaran Tanaman Eboni............................................5
2.4
Aspek Sosial Ekonomi Tanaman Eboni ............................................6
BAB
III. PENUTUP
3.1
Kesimpulan.........................................................................................8
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hampir
seluruh kawasan hutan produksi terletak di hutan pamah (dataran rendah).
Sementara itu diketahui pula bahwa pusat keanekaragaman hayati terbesar di
hutan tropis umumnya terletak di tipe hutan pamah ini. Ironisnya bahwa tekanan
yang terbesar terhadap pusat keanekaragaman hayati terjadi di kawasan ini oleh
karena berbagai kepentingan ekonomi dan pembangunan. Sejak awal pembangunan
jangka panjang pertama pada tahun tujuhpuluhan, telah terjadi eksploitasi hutan secara besar-besaran. Menurut Pakpahan
(1994), berbagai jenis kayu komersial, seperti kayu merah, kayu kuku (Pericopsis
moniana), kayu eboni {Diospyros celebica, D. ebenum), kayu
ulin {Eusyderoxylon zwageri), ramin (Gonystylus bancanus), merbau (Instia bijugd) dan beberapa jenis
meranti (Shorea spp.) telah menjadi langka atau sulit ditemukan di alam
dan di pasaran.
Dari
tahun ke tahun nilai eksport kayu eboni meningkat. Peningkatan ini sejalan
dengan tingginya harga satuan per meter kubik. Hal ini pula yang rupanya
mendorong terjadinya konflik antar kepentingan. Munculnya berbagai peraturan
yang ditetapkan oleh pemerintah diharapkan mampu meredam dan mengatasi
persoalan-persoalan itu semua. Tetapi pada kenyataannya masih banyak kendala yang dihadapi. Beberapa pokok-pokok pikiran
akan diulas dalam makalah ini dengan memanfaatkan bahan pustaka yang ada. Semenjak
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No.21/1970 tentang pemberian izin Hak Pengusahaan
Hutan (HPH) dan Hak Pemungutan Hasil Hutan, banyak terjadi pengurasan
keanekaragaman hayati, terutama jenis-jenis kayu untuk diperdagangkan. Hal ini
tidak terkecuali eksploitasi terhadap kayu eboni (D. celebica) yang
sejak seabad lalu dikenal sebagai kayu perdagangan.
Dalam
dunia perdagangan yang sebenarnya disebut kayu eboni adalah terdiri atas tiga kelompok masing masing yaitu
"black ebony" (biasanya dari jenis-jenis D. ebenum
Asa D. ferred); "streaked ebony" (umumnya terdiri atas D. blancoi, D. celebica dan D.
pilosanthera); dan "white diospyros wood" (terdiri atas
D. discocalyx dan D. rigida). Diantara jenis-jenis tersebut
D. celebica merupakan jenis utama dari kelompok eboni. Kayu eboni
Sulawesi (D. celebica) telah dieksploitasi secara besar-besaran sejak
abad XVIII. Sejak saat itu nilai ekspor naik dari tahun ke tahun, yang menurut
catatan Soerianegara et al. (1995), tidak kurang dari 2300 mVth pada
tahun 1920 naik menjadi 8200 mVtahun pada tahun 1928 dan akhirnya menjadi
rata-rata 6000 m3/tahun.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa eboni merupakan salah satu komoditas unggulan yang mendatangkan
devisa bagi negara. Namun demikian masih banyak persoalan yang harus
diselesaikan agar komoditas ini tidak hanya dapat dinikmati oleh segelintir
orang. Masyarakat lokal yang notabene sebagai "penjaga" sumber daya
ini perlu dilibatkan dalam proses penentuan kebijakan, dengan demikian mereka
akan dapat memperoleh manfaat dari sumber daya tersebut. Untuk mewujudkan
optimalisasi pemanfaatan eboni D. celebica secara berkelanjutan maka cakupan
program haras dilakukan secara menyeluruh dan lintas sektoral. Keberhasilan ini
akan sangat tergantung dari keterintegrasian dalam perencanaan dan pelaksanaannya
antara masyarakat, swasta, pemerintah, termasuk lembaga penelitian.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
karakteristik dari tanaman eboni ?
2.
Dimana habitat
serta penyebaran tanaman eboni ?
3.
Apa saja aspek
sosial ekonomi dari tanaman eboni ?
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah
ini yaitu untuk mengetahui karakteristik tanaman eboni, habitat serta
penyebaran tanaman eboni, dan pemanfaatan dari tanaman eboni.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Karakteristik Tanaman Eboni
Pengertian
eboni atau kayu hitam bagi masyarakat umum adalah sangat sederhana yaitu kayu
yang berwarna hitam atau hitam bergaris coklat kemerah-merahan, terlihat indah
dan anggun, kayunya awet dan keras dan berasal dari Sulawesi. Masyarakat tidak
peduli terhadap sistematikanya dalam dunia tumbuhan, seperti apa jenis, marga ataupun
sukunya, hanya berdasarkan fakta dan kenyataan
di lapangan, seperti contoh bagaimana sifat-sifat kayunya.
Dalam revisinya mengenai marga Diospyros,
suku Ebenaceae, Bakhuizen van den Brink (1936) menyebutkan beberapa nama
daerah D. celebica di Sulawesi, yaitu seperti "toe", nama
yang dipakai di perbukitan Tambora-Kagila, daerah hulu sungai Poso dan juga di
daerah Donggala dan Menado. Nama-nama yang lain di Manado adalah maito, ayoe
maito, dan togas. Nama-nama daerah yang lain seperti limara (Luwu),
sora (Malili dan Cerekang), ayu moitong (Parigi). Martawijaya dan
Kartasujana (1977) masih menyebutkan beberapa nama
seperti toetandu, maeta, amara, kayu itam dan maetang dan nama
yang cukup populer adalah "kayu makasar" (Sastrapradja dan
Rifai, 1991; Wydiastuti, 1993) atau "kayu hitam makasar" (Karasujana
dan Suherdie, 1993).
Diospyros celebica Bakh. yang
merupakan jenis utama kayu eboni, dalam perdagangan dimasukkan kelompok 'eboni
hitam bergaris' atau 'streaked ebony'. Nama-nama perdagangan yang lain adalah
seperti Macassar ebony(Inggris, Amerika
Serikat), ebene de Macassar (Perancis), gestreept ebben (Belanda), coromandel
(Belanda, Perancis), Makassar ebenholz, gestreiftes
ebenholz (Jerman),
ebeno de Macassar (Spanyol), ebeno di Macassar (Italia) dan Indonesisk ebenholt
(Swedia) (Martawijaya dan Kartasujana, 1977; Martawijaya etal., 1981)
Klasifikasi jenis D. celebica Bakh. secara
lengkap dapat diuraikan sebagi berikut:
Kerajaan : Tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta
Anak-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak-kelas : Sympetalae
Bangsa : Ebenales
Suku : Ebenaceae
Marga : Diospyros
Jenis : Diospyros celebica Bakh.
D.
celebica adalah pohon yang
berukuran sedang sampai besar, tinggi pohon dapat mencapai 40 m. Bagian batang
yang tidak bercabang dapat mencapai tinggi 10-26 m. Diameter batang dapat mencapai
150 cm atau lebih di atas akar papan yang tingginya dapat mencapai 4 m di atas
permukaan tanah. Batang bersisik
dan berwarna hitam. Daun tunggal, bentuk memanjang sampai jorong, dengan panjang
12-35 cm dan lebar 2.5-7 cm. Bagian dasar daun tumpul sampai agak menjantung dan
ujung daun lancip sampai agak lancip; tulang daun menjala tersier dan nyata
jika di raba, baik muka daun atas dan bawah.
Sistem
perbungaan berbentuk payung menggarpu, pada bunga j ant an ada 3-7, dengan
masing-masing 4 petal dan mempunyai 16 benangsari; sedangkan pada bunga betina,
dijumpai 1-3 perbungaan yang seperti payung menggarpu, 4 petal dengan kelopak yang
bergelombang dan berkatup, rapat dan kaku di sebelah luar. Tajuk bunga seperti terbagi
dua; bakal buah mempunyai 4-8 ruang bakal biji yang menyatu. Buah berbentuk bulat telur, dengan ukuran rata-rata 3,5-5
cm x 3-3,5 cm, kulit buah halus seperti sutera, berbulu tipis pada dasar dan
ujung buah. D. celebica mulai
berbunga dan berbuah pertama kali pada umur 5-7 tahun. Periode dari bunga
betina matang dan dibuahi sampai menjadi buah masak memerlukan waktu kurang
lebih selama 6 bulan.
2.2 Habitat dan
Penyebaran Tanaman Eboni
Pohon
kayu hitam atau eboni (D. celebica) yang tumbuh di hutan-hutan alam, umumnya tumbuh
mengelompok (clumping) dan jenis pohon ini merupakan komponen utama (90%) dari
vegetasi hutan campuran tersebut. Jenis-jenis dari marga Diospyros umumnya
dijumpai pada hutan-hutan alam atau primer dataran rendah sampai ketinggian 900 m di daerah perbukitan hujan
tropika dan jarang sekali dijumpai pada hutan-hutan sekunder. Beberapa jenis Diospyros
dapat tumbuh di hutan-hutan pegunungan sampai ketinggian 1700 m, hutan rawa
gambut, hutan kerangas, dan hutan-hutan pada tanah kapur dan tanah ultra-basa.
D. celebica dijumpai pada hutan dataran rendah
sampai daerah pegunungan rendah, 400 m di atas permukaan laut. Jenis pohon ini
tumbuh alami di hutan tropika basah dan di hutan monsun atau hutan yang
beriklim musiman, di mana jenis ini merupakan jenis utama atau jenis paling
dominan di tipe-tipe hutan tersebut. D. celebica dapat tumbuh di tanah-tanah
latosol, tanah podzol dan tanah berkapur. Secara alami pohon eboni di dunia
dijumpai antara lain mulai dari Afrika Barat, India, Malaysia, Filipina dan
Indonesia. Sedangkan daerah penyebarannya di Indonesia dapat digambarkan
sebagai berikut:
a. Diospyros celebica secara alami dijumpai di Sulawesi terutama di
Parigi, Poso, Donggala, Maros, Maluku dan Mamuju.
b. Diospyros ebenum secara alami dijumpai di Sulawesi
(Minahasa, Poso, Buton), Maluku (Halmahera, Tanimbar, Aru) dan Nusa Tenggara (Sumbawa,
Flores).
c. Diospyros ferrea secara alami dijumpai di seluruh
Jawa, Sulawesi (Poso, Gorontalo, Buton), Maluku (Wetar, Aru, Tanimbar, Sula), Nusa
Tenggara (Sumbawa, Flores, Timor), Irian Jaya (Fakfak, Mimika, Innawatan).
d. Diospyros lolin secara alami dijumpai di
Maluku terutama di Morotai, Bacan, Halmahera, Aru dan Tanimbar.
e. Diospyros
macrophylla secara alami dijumpai di Jawa, Madura, Sumatra (Langkat,
Simalungun, Kroei, Kotabumi), Kalimantan (Sambas, Purukcau,
Muara Tewe, Martapura,
Pleihari, P. Laut, Balikpapan, Kutai) dan Sulawesi (Poso, Donggala, Palopo,
Malili, Mamuju).
f. Diospyros pilosanthera secara alami dijumpai di Kalimantan (Kutai,
Bulungan, Berau, Tarakan, Tidung), Sulawesi (Poso, Bolaang Mongondow, Gorontalo,
Minahasa, Banggai, Muna.), Maluku (Morotai, Buru, Tanibar, Halmahera) dan Irian
Jaya.
2.3 Aspek Sosial Ekonomi Tanaman Eboni
Pengusahaan eboni cocok bagi masyarakat dalam kaitannya dengan upaya pemerataan/penyebaran kesejahteraan dan keadilan ekonomi dalam masyarakat,
karena lebih banyak anggota masyarakat yang terlibat baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pengusahaan eboni oleh masyarakat luas, selain bermanfaat untuk
kepentingan pemerataan dan ketahanan ekonomi, juga bermanfaat untuk kepentingan
pengamanan hutan/ pohon eboni terhadap berbagai gangguan, baik karena
perambahan, pencurian, maupun kebakaran.
Pengusahaan eboni juga bercirikan less/no imported
input, with more exported output, yang berarti sangat cocok untuk
kepentingan percepatan pembangunan wilayah,
karena akan mampu menarik lebih besar kekuatan ekonomi luar ke dalam wilayah
Sulawesi. Ciri tersebut juga mengandung arti memiliki ketahanan atau resiliensi
yang lebih kuat (tahan, kenyal) terhadap krisis ekonomi dan
moneter. Kayu eboni dipergunakan untuk membuat produk-produk yang
bersifat barang mewah (luxurious) dengan segmen pasar yang bersifat khusus.
Sifat barang mewah itu mengandung arti memiliki margin pemasaran yang tinggi,
sehingga memiliki potensi penciptaan pendapatan dan kemakmuran yang tinggi
pula bagi pemilik/ produsennya. Selanjutnya, bagi Pemerintah Daerah khususnya,
hal itu berarti memiliki potensi-pendapatan asli daerah (PAD) yang juga tinggi.
Selain kayunya, daun eboni juga dimanfaatkan sebagai racun terhadap rayap
tanah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pengertian eboni atau kayu hitam bagi masyarakat
umum adalah sangat sederhana yaitu kayu yang berwarna hitam atau hitam bergaris
coklat kemerah-merahan, terlihat indah dan anggun, kayunya awet dan keras dan
berasal dari Sulawesi
2 D. celebica
dijumpai pada hutan dataran rendah sampai daerah pegunungan rendah, 400 m di atas
permukaan laut. Jenis pohon ini tumbuh alami di hutan tropika basah dan di
hutan monsun atau hutan yang beriklim musiman, di mana jenis ini merupakan
jenis utama atau jenis paling dominan di tipe-tipe hutan tersebut.
3 Kayu eboni dipergunakan untuk membuat produk-produk yang bersifat
barang mewah (luxurious) dengan segmen pasar yang bersifat khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Alrasyid,
Harun. 2002. Kajian Budidaya Pohon Eboni. Berita Biologi. 6 (2)
Andila,
P.S dan Peneng. 2017. Menguak Potensi Si Kayu Api (Diospyros Sp. )
Penghasil Racun Ikan Alami Dari Hutan Jembrana Bali Barat. 16 (3)
Penghasil Racun Ikan Alami Dari Hutan Jembrana Bali Barat. 16 (3)
Darusman,
Dudung. 2002. Pembahasan Kajian Produksi, Perdagangan, Industri
Dan Teknologi Eboni. Berita Biologi. IPB Bogor. 6 (2)
Dan Teknologi Eboni. Berita Biologi. IPB Bogor. 6 (2)
Hendromono.
2008. Teknik Penanaman Eboni ( Diospyros celebica Bakh. ) di
Daerah Agak Kering. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 5 (1)
Daerah Agak Kering. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 5 (1)
Kinho,
Julianus. 2014. Status Dan Strategi Konservasi Eboni (Diospyros
rumphii Bakh.) DiSulawesi Utara. Seminar Nasional Biodiversitas V
rumphii Bakh.) DiSulawesi Utara. Seminar Nasional Biodiversitas V
Nurwansyah, M, Erniwati dan Mutmainnah. 2018. Efektifitas
Tepung Daun
Eboni (Diospyros Celebica) Terhadap Mortalitas Rayap Tanah
Shedorhinotermes sp. Pada Skala Laboratorium. Jurnal Warta Rimba.
6 (1).
Eboni (Diospyros Celebica) Terhadap Mortalitas Rayap Tanah
Shedorhinotermes sp. Pada Skala Laboratorium. Jurnal Warta Rimba.
6 (1).
Riswan,
Soedarsono. 2002. Kajian Biologi Eboni (Diospyros celebica Bakh.)
Berita biologi. LIPI Bogor. 6 (2)
Berita biologi. LIPI Bogor. 6 (2)
Walujo, Eko B. 2002. Gatra
Etnobotani Eboni {Diospyros celebica Bakh.).
Berita Biologi. LIPI Bogor. 6 (2)
Berita Biologi. LIPI Bogor. 6 (2)
Bermamfaat sekali
BalasHapusMakasih infonya bg, sangat membantu
BalasHapusSama2 bg
Hapusgood
BalasHapusInformasi yang bermanfaat.Good
BalasHapusMenambah ilmu saya
BalasHapusBerbagi ilmu itu indah
HapusIlmu yg bermanfaat
BalasHapusVery good
BalasHapussangat membantu bg
BalasHapusMakasih bg
HapusSemoga banyak tumbuhan yang lestari berkat adanya pengetahuan dr para forestet
BalasHapusOkay. Semoga segera direalisasikan
HapusThanks infonyaa... Sangat membantu
BalasHapusPemaparan latar belakangnya sudah tepat, terdapat topik masalah sehingga penulis perlu membahas topik tersebut. Penjelasan yang terstruktur beserta data pendukung sangat baik.
BalasHapusGood job👍
Makasih atas penilaian nya
HapusTerima kasih ilmunya. Sangat bermanfaat. Dapat pengetahuan baru. Nice 👌
BalasHapusTrimaksih atas pandangan nya
HapusSangat membantu dan bermanfaat bagi mahasiswa kehutanan
BalasHapusSipp
BalasHapusbagusssss bangett
BalasHapusMaacih
HapusBagusssss
BalasHapusMaaci
Hapussangat membantu ini teee
BalasHapus